Cerita Tangis Umar Bin Abdul Aziz

Cerita tangis Umar Bin Abdul Aziz  - Siapa yang tidak kenal dengan Umar bin Abdul Aziz, pastinya sudah banyak yang tahu termasuk para Pembaca Wahidiyah Demak ini.

Dalam kesempatan kali ini Wahidiyahdemak.com akan menceritakan tentang Cerita tangis Umar Bin Abdul Aziz yang beliau tentunya sudah semua tahu lebih-lebih dikalangan ummat Islam pada umumnya, maka tidak ada salahnya Wahdiiyahdemak.com menceritakan yang fokos pada Tangis Umar Bin Abdul Aziz.


Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu dari Raja Umawiyah dari Bani Umayah. Dia seorang raja yang adil dan bijaksana. Dengan keadilan yang diwarisi dari moyang ibunya, yaitu Sayyidina Umar bin Khoththob Rodliyalloohu'anhu, sekalipun hanya kurang lebih dua tahun menjabat, perobahan baik dan kemajuan di segala bidang sudah terlihat nyata terutama pemberantasan kedholiman. Baca Juga : Cerita Orang Kikir Dengan Orang Murah Hati

Cerita Tangis Umar Bin Abdul Aziz
Cerita Tangis Umar Bin Abdul Aziz 

Al-kisah. Pada waktu kecil Umar bin Abdul Aziz Rodiyallohu 'anhu pernah menangis yang membuat sedih ibunya. Kemudian sang ibu bertanya : 

“Mengapa engkau menangis wahai anakku ?” Dijawab oleh Umar, “Saya ingat mati, bu ?” Mendengar hal ini sang ibu ikut menangis.

Fatimah Rodiyallohu 'anha, istri Umar bin Abdul Aziz pernah berkata :

“Memang banyak orang yang melakukan sholat dan puasa melebihi ketekunan Umar suamiku, tetapi aku tidak menjumpai orang yang lebih takut kepada Allah Subhanahu Wata'ala,  pada saat itu melebihi suamiku”.

Kebiasaan Umar bin Abdul Aziz Rodiyallohu 'anhu ketika Masuk di Rumah

Umar bin Abdul Aziz Rodiyallohu 'anhu, bila masuk rumah, dia segera bersimpuh di mushollanya dan menangis tersedu-sedu, bermunajat kepada Allah Subhanahu Wata'ala,  hingga tertidur. Begitulah yang dikerjakan bila malam telah larut hingga fajar menyingsing.

Dalam khutbah terakhir yang disampaikannya, Umar berkata, : 

“Tidakkah engkau tahu, bahwa setiap hari, mulai dari terbit sampai tenggelamnya matahari banyak kalian dengar, bahkan kalian mengantar jasad yang beku (mayat) untuk di semayamkan di kegelapan perut bumi tanpa tikar maupun bantal”.

“Jasad yang beku, ia tinggalkan segala kemewahan dan kesenangan dunia, berupa tahta, istri, anak, saudara, dan jabatan, kini ia berbaring tidak berdaya. Kepadanya datang Malaikat yang siap menghisab (menghitung) amal perbuatannya di dunia. Dalam kedudukannya yang demikian, ia tidak membutuhkan lagi apa yang ditinggalkannya di dunia. Namun yang dinantikannya hanyalah simpanan amal kebajikan yang pernah dikerjakannya selama di dunia. Demi Alloh, yang kukatakan ini bukan semata-mata untuk atau tentang kalian. Aku tidak tahu tentang isi hati kalian semua. Yang kukatakan ini hanyalah tentang diriku sendiri”.

Umar bin Abdul Aziz Rodiyallohu 'anhu menangis

Suatu ketika Umar bin Abdul Aziz Rodiyallohu 'anhu menangis, lalu Fatimah, sang istri juga turut menangis dan seluruh keluargapun ikut menangis. Padahal mereka tidak mengerti mengapa dan apa yang menjadi sebab mereka menangis.

Setelah peristiwa tersebut berlalu, Fatimah bertanya pada suaminya : 

“Wahai suamiku, mengapa anda menangis ?” Umar menjawab, ”Ya Fatimah, aku teringat pada persimpangan golongan manusia kelak di hadapan Alloh. Ada yang masuk surga, ada yang masuk neraka. Lantas aku termasuk golongan yang mana ?”

Setelah menjelaskan kepada istrinya, Umar bin Abdul Aziz menangis tersedusedu. Semenjak saat itu ia tidak pernah keluar rumah hingga menjelang wafatnya.

Kalau melakukan kesalahan sedikit saja ingat akan pedihnya siksa di hari pembalasan kelak

Para pembaca yang baik hati, para sahabat Rosululloh Shollallohu 'alaihi Wasallam, kalau melakukan kesalahan sedikit saja ingat akan pedihnya siksa di hari pembalasan kelak, bahkan tidak ingat kepada Alloh sedikit saja mereka menangis tersedu-sedu. Bagaimana dengan kita ? Setiap hari kita menyakiti orang tua, sering melakukan pelanggaran-pelanggaran, baik pelanggaran kepada sesama manusia lebih-lebih pelanggaran kepa-da Allah ubhanahu Wata'ala. Begitu banyak kenega-tifan pada diri kita, tetapi kenegatifan itu tidak pernah menjadi sebab penyelasan bagi kita, bahkan kita sempat tersenyum dan tertawa ketika melakukan dosa. Malahan merasa bengga. Hal ini membuktikan bahwa diri kita banyak berlumuran dosa sehingga mata kita tidak mau menangis. Baca Juga : Cerita Kepedihan Sakaratul Maut

Rosululloh Shollallohu 'alaihi Wasallam bersabda: 

مَنْ أَذْنــَبَ وَهُوَ يــَضْحَك ُ دَخَلَ النــَّارَ وَهُوَ يــَبْكِى.
(رواه  ابونعيم عن ابن عباس  رضى الله عنه)

“Barang siapa berbuat dosa dan ia tertawa, maka dia masuk neraka dengan menangis” (Riwayat Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas)

Oleh sebab itu, sebelum diri kita menjadi jasad beku atau sebujur bangkai, mari kita perbanyak mena-ngis karena takut kepada Alloh Subhanahu Wata'ala. Bukankah kita sudah terlampau banyak melakukan kedholiman dan perbuatan dosa ?.

Rosululloh Shollallohu 'alaihi Wasallam bersabda:

“Dua jenis mata yang tidak akan tersentuh api neraka, mata yang menangis sebab takut kepada Alloh dan mata yang semalaman tidak tidur di dalam sabilillah” (Riwayat Thobroni dari Anas bin Malik)

Mari dalam kesempatan ini kita bermohon kepa-da Alloh Subhanahu Wata'ala atas limpahan maghfiroh-Nya atas dosa-dosa kita bersama dan memohon syafa’at – tarbiyah Rosululloh Shollalohu'alaihi Wasallam serta barokah nadhroh Ghoutsu Hadzaz Zaman Rodliyalloohu'anhu.
Artikel Selanjutnya Artikel Sebelumnya
Belum Ada Komentar :
Tambahkan Komentar
Comment url
Post Terkait :
Cerita Islami,Cerita Tangis Umar Bin Abdul Aziz,Sholawat Wahidiyah