Cerita Kepedihan Sakaratul Maut - Cerita yang tidak asing bagi kita yaitu Cerita Kepedihan Sakaratul Maut butuh kita baca dan jadikan semangat kita dalam beribadah kepada Allah Shubhanahu Wa Ta'ala.
Nabi Isa 'alaihissalam diberi mu’jizat oleh Allah Subhanahu Wata'ala, dapat menghidupkan orang mati. Suatu ketika didatangi oleh beberapa orang kafir seraya menantangnya :
“Wahai Isa 'Alaihis-salam, jika kamu diberi mu’jizat oleh Tuhanmu dapat meng-hidupkan orang mati, hidupkanlah orang yang telah lama mati, jangan hanya menghidupkan orang yang baru saja mati, karena kemungkinan orang itu belum mati”.
Cerita Kepedihan Sakaratul Maut |
Tantangan itu diterima oleh Nabi Isa 'Alaihis-salam. Kemudian mengajak ke pemakaman dan mere-ka disuruh menunjuk kuburan mana yang akan dihi-dupkan. Meraka menunjuk kuburan Sam bin Nuh. Baca Juga : Cerita Orang Kikir Dengan Orang Murah Hati
Nabi Isa 'Alaihissalam sembayang dua roka’at dan memohon kepada Alloh. Dengan izin Alloh, bangun-lah Sam bin Nuh dari kuburnya, hidup kembali dalam keadaan rambut dan jenggot yang telah beruban.
“Bagaimana engkau bisa beruban, padahal di masa hidupmu tidak ?” Tanya Nabi Isa 'Alaihissalam.
Sam bin Nuh menjawab, “aku mendengar pang-gilanmu, aku kira kiamat telah tiba, maka tumbuhlah uban di rambut dan jenggotku karena terkejut dan takut” “Sudah berapa lama engkau mati ?” tanya Nabi Isa 'Alaihissalam.
Jawab Sam bin Nuh, “Aku mati sudah 4000 tahun yang lalu, tetapi sampai kini saya masih merasakan sakit dan pedihnya sakarotul maut.”
Nabi Isa 'Alaihissalam mengajak ibunya pergi ke suatu tempat di Lubnan untuk menyendiri. Mereka berpuasa di siang hari dan sembayang di malam hari. Makanannya dari dedaunan pohon dan minumnya dari air hujan.
Pada suatu hari turunlah Nabi Isa 'Alaihissalam meninggalkan ibunya sendirian untuk mencari dedaunan guna berbuka puasa. Pasa saat Nabi Isa 'Alaihis-salam meninggalkan ibunya, datanglah malaikat maut kepada ibunya. Malaikat Maut berkata :
“Salam sejahtera bagi-mu, wahai Maryam !”
“Siapakah engkau ?” Tanya Maryam,
“Bulu roma-ku berdiri dan akalku terbang karena suara dan ben-tukmu”
Malaikat Maut menjawab, “Akulah Malaikat Maut yang tidak menaruh belas kasihan kepada yang kecil kerena kecilnya, dan tidak menghormat yang besar sekalipun karena besarnya”
“Engkau datang sebagai pengunjung atau seba-gai pencabut nyawa” Tanya Maryam.
“Aku datang untuk berkunjung sekaligus menca-but nyawamu” Jawab Malaikat Maut.
“Tidak dapatkah engkau bersabar sedikit sampai putraku Isa datang” kata Maryam.
“Aku hanyalah makhluk yang menjalankan perin-tah Alloh. Tidak seekor lalatpun yang dapat aku cabut nyawanya tanpa seizin Allah Subhanahu Wata'ala, dan aku diperintahkan tidak boleh meninggalkan tempt ini sebelum mencabut nyawamu” kata Malaikat Maut.
“Jika demikian, laksanakanlah perintah Alloh” ujar Maryam.
Pada waktu hari sudah petang, datanglah Nabi Isa 'Alaihissalam ke tempat ibunya dengan membawa dedaunan dan sayur mayur. Ketika dilihat Ibunya sudah tidur, maka diletakkanlah dedaunan dan sayur mayur itu di bawahnya, kemudian ia melaksanakan sholat hingga tengah malam. Selesai dari ibadah/sholatnya, ia memanggil si ibu dengan suara yang lemah lembut dari hati yang khusu’.
“Salam sejahtera bagimu ibu ! Bangunlah, malam telah larut dan orang-orang yang berpuasa telah berbu-ka” Dilihat ibunya tidak terbangun oleh panggilannya, kembali Nabi Isa 'Alaihissalam meneruskan sembah-yang hingga fajar tiba.
Kemudian ia meletakkan pipinya ke pipi ibunya sambil menangis “Salam sejahtera bagimu ibu ! malam telah berlalu dan siang telah datang, bangunlah !” Mendengar tangisnya Nabi Isa 'Alaihissalam para Malai-kat di langit merasa terharu dan menangis. Jin-jin di sekelilingnya dan gunung di bawahnya tergoncang. Kemudian Alloh berfirman:
“Hai Isa ! Angkatlah kepala-mu, Ibumu telah mati” Mendengar wahyu tersebut, berteriak dan menangislah Nabi Isa 'Alaihissalam,
“Oh Ibu ! siapakah yang mengisi kesepianku dan siapakah yang membantuku dalam ibadahku ?”
Turunlah Nabi Isa 'Alaihissalam dari gunung akan meminta bantuan orang desa untuk pemakaman ibunya. Tetapi tidak satupun orang yang mau mem-bantu pemakaman ibunya. Sesampai di rumahnya, ia melihat dua pemuda tampan yang tidak lain adalah Jibril dan Mikail yang mengurus jenazah Ibunya.
Sedang yang memandikan dan mengkafani para Bidadari dari surga. Setelah selesai dikebumikannya jenazah ibu Maryam, berdo’alah Nabi Isa 'Alaihissalam kepada Allah Subhanahu Wata'ala :
“Yaa Alloh, Engkau Maha Mengetahui tempatku, Maha Mendengar suaraku dan tiada sesuatupun dari urusanku tersembunyi dari penglihatan-Mu.
Ibuku telah mati di luar penglihatan-ku, maka izinkanlah, yaa Alloh, ibuku berbicara dengan aku dari kuburnya”
Setelah mendengar suara wahyu bahwa Alloh telah mengizinkan, berdirilah Nabi Isa 'Alaihissalam di atas kubur ibunya. Dengan suara sedih ia memanggil “Wahai Ibuku ! Bagaimanakah engkau mendapatkan tempat peristirahatan akhirmu, dan bagaimana engkau menghadapi Tuhanmu ?”
Ibunya menjawab dari dalam kuburnya : “Hai anakku, aku telah mendapatkan sebaik-baik peristira-hatan dan mendapatkan Alloh telah meridloiku.”
Nabi Isa 'Alaihissalam bertanya lagi : “Bagaimana engkau merasakan pedihnya sakaratul maut ?”
Ibunya menjawab :
“Demi Alloh yang telah mengutusmu sebagai Nabi, belum hilang rasa kepe-dihan sakaratul maut dari tenggorokanku dan keang-keran Malaikat Maut dari mataku hingga kini ! Salam sejahtera bagimu, wahai putraku sampai hari kiamat”
Setelah berbincang-bincang dengan ibunya, Nabi Isa 'Alaihissalam meninggalkan pemakaman tersebut. Baca Juga : Siksaan Orang yang Meninggalkan Sholat
Para Pembaca setia dari dua cerita tersebut di atas, sudah jelas bahwa tiada yang lebih sakit, tiada yang lebih pedih dan sengsaranya, bahkan tiada yang lebih kering kerontangnya tenggorokan kita selain sakaratul maut.
Untuk itu Para Pembaca setia, selagi Izroil belum men-datangi kita, marilah kita banyak-banyak bermujaha-dah, terutama kesadaran kita kepada Allah Subhanahu Wata'ala wa Rosulihi Shollallohu'alaihi Wasallam wa Ghou-tsu Hadzaz Zaman senantiasa kita tanamkan dalam hati sanubari kita masing-masing.
Malaikat Izroil datangnya secara tiba-tiba, tidak peduli siapa yang dicabut nyawanya itu. Tua, dewasa, remaja, kanak-kanak, bahkan bayi yang tidak berdosa, jika Allah Subhanahu Wata'ala, memerintahkan untuk mencabutnya, maka Izroilpun melaksanakan tugasnya.
Mari sekali kita mengadakan permohonan kepa-da Alloh Subhanahu Wata'ala Wa-Rosulihi Shollalohu 'alaihi wasallam dengan adab lahir batin sebaik-baiknya serta menerapkan Lillah-Billah, Lirrosul-Birrosul, Lil-ghouts-Bilghouts setepat-tepatnya !