Acara-Acara Wahidiyah : Petunjuk Bagi Protokol Atau MC |
Mengingat pentingnya kedudukan Protokol (Penata Acara/MC) sebagai penanggung jawab kelllancaran jalannya acara, maka haus memperhatikan hahl-hal ebagai berikut [1]:
1. Harus mengadakan persiapan-persiapan lahir bathin. Meisalnya mempersiapkan teks, latihan secukupnya, dan terutama melaksanakan Mujahadah penyong-songan sekurang-kurangnya 3 hari sebelum bertugas.
2. Hatinya senantiasa tadloru’ (berdepe-depe) kepada Alloh wa Rosuulihi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam wa Ghoutsi Hadzaz Zaman Ra., memohon taufiq, hidayah, bimbingan, syafa’at tarbiyah dan nadhroh bagi suksesnya acara yang dipimpinnya.
3. Berpakaian rapi dan sopan.
4. Setelah panitia mempersilakan untuk memulai acara, protokol berdiri tegak, sopan di depan mik pengeras suara, mengarahkan pandangan ke arah hadirin-hadirot dengan pandangan yang sopan dan simpatik, sebagai cetusan penghormatan batinnya. Jangan menundukkan kepala.
5. Usahakan sekuat mungkin menerapkan “LILLAH-BILLAH LIR-ROSUL-BIRROSUL LILGHOUTS BILGHOUTS”.
6. Mulailah pelaksanaan tugas dengan urutan sebagai berikut :
a. Sebelum mengucapkan salam dengan suara yang keras tapi sopan, mengucapkan :
“Para hadirin-hadirot ! Menyongsong dimulainya acara ini marilah sekali lagi kita bersama-sama memohon petunjuk dan perlindungan kepada Alloh Shubhanahu Wa Ta’ala dan mengadakan tasya-fu’an dan istighotsah kepada Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam wa Ghoutsu Hadzaz Zaman RA. dengan adab lahir batin sebaik-baiknya !
b. Berdiam sejenak kira-kira 5 detik, kemudian dengan suara cukup keras tapi sopan ucapkan :
AL-FATIHAH ! (membaca Surat fatihah 1 kali)
YAA SYAFI’AL KHOLQI SHOLAATU..... dilagukan 1 x
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH…… 3 x
YAA AYYUHAL GHOUTSU SALAAMULLOOH.…. 1 x
AL FAATIHAH (membaca surat al-Fatihah 1 kali)
Bacaan Fatihah bagi protokol, jangan keras-keras, cukup didengar sendiri dengan menghayati makna-nya. Begitu pula ketika tasyafu’ dan istighotsah suaranya direndahkan, dan miknya dijauhkan dari mulut, kecuali saat mulai melagukan.
c. Setelah bacaan surat Fatihah selesai, protokol memulainya dengan mengucapkan salam, basmallah, khutbah iftitah ala Wahidiyah, dan seterusnya. seperti CONTOH TEKS PROTOKOL di Buku Tuntunan Mujahadah dan Acara-Acara Wahidiyah )
7. Protokol tidak boleh memberikan komentar dalam prosesi acara.
8. Protokol tidak boleh meninggalkan “meja protokol”, kecuali ada kepentingan yang sangat mendesak dan harus segera kembali. Dianjurkan pula ada seorang pen-damping protokol yang duduk di sampingnya.
9. Protokol supaya memperingatkan pembicara yang meliwati batas waktu dengan tulisan, misalnya “MAAF MOHON DISINGKAT”.
10. Jika situasi hadirin-hadirot kurang tenang, protokol supaya memberi peringatan dengan kata-kata yang singkat, misalnya MAAF, PARA HADIRIN DIMOHON TENANG”.
11. Selama berlangsungnya acara, protokol supaya senantiasa memberbanyak nidak “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH “
12. Protokol tidak boleh mengakhiri tugasnya sebelum seluruh rangkaian acara selesai.
13. Pada saat tasyafu’andan istighotsah penutup tidak boleh disertai deklamasi dan sebagainya.
[1] Tuntunan Mujahadah dan Acara-Acara Wahidiyah, Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah, hlm. 75-77