Panduan Penyiaran Dan Pembinaan Wahidiyah

Penyiaran & pembinaan Wahidiyah adalah suatu tugas yang sangat mulia Indalloh Wa Rosuulihi j wa Ghoutsi Haadzaz Zaman t. Setiap Pengamal Sholawat Wahidiyah dianjurkan oleh Hadlrotul Mukarrom Muallif Sholawat Wahidiyah t supaya menyiarkan Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah kepada masyarakat luas tanpa pandang bulu dengan ikhlas dan bijaksana. Berarti setiap pengamal Wahidiyah adalah “Penyiar “ Baik yang duduk di lembaga khidmah PSW maupun yang tidak.
Panduan Penyiaran Dan Pembinaan Wahidiyah

Penyiaran Wahidiyah akan bernilai lebih jika ditindak-lanjuti / ditunjang dengan pembinaan. Yakni setelah orang yang di siyari siap menerima dan mengamalkannya supaya dilanjutkan dengan pembinaan. Tidak menutup kemungkinan bahkan sudah menjadi kenyataan bahwa banyak sekali pengamal Wahidiyah yang menurun kadar kewahidiyahannya, bahkan sampai tidak mengamalkan sama sekali dikarenakan kurang / tidak adanya pembinaan. Dengan ini berarti Penyiaran dan Pembinaan Wahidiyah adalah dua rangkaian yang tidak bisa dipisahkan. Hadlrotul Mukarrom Muallif Sholawat Wahidiyah pernah bersabda yang maksudnya kurang lebih ;apabila pembinaannya berjalan baik maka penyiarannya akan lebih baik (lebih lancar).
Diantara sesuatu yang sangat perlu ada perhatian yang serius adalah semakin menurunnya kualitas
Oleh karena itu, dengan memohon hidayah-taufiq Alloh I, syafa’at-tarbiyah Rosulullahj dan barokah nadhroh Ghoutsi Hadzaz Zaman t Panduan Penyiaran & Pembinaan Wahidiyah ini disusun dengan harapan bisa dijadikan pegangan dan dimanfaatkan bagi para Penyiar & Pembina Wahidiyah sekalipun masih banyak kekurangannya. Amiin.
DASAR PENYIARAN DAN PEMBINAAN
  1. Firman Alloh SWT :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (النحل : 125)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah(1) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 16 An-Nahl 125)
  1. Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
بَـلِِّغُوْ ا عَنـِِّى وَلَوْ آيَة ً { رواه البخاري عن ابن عمر رضى الله عنهما}
“Sampaikanlah (kepada orang lain ) apa yang kamu peroleh dari ku sekalipun hanya satu ayat.”( H.R. Bukhori dari Ibnu Umar رَضِىَ الله ُعَنْهماُ)
  1. Bimbingan, tuntunan, amanat, fatwa dan keteladanan Muallif Sholawat Wahidiyah t terutama di bidang Penyiaran dan Pembinaan.
  2. Anggaran Dasar PSW Bab I Pasal 1, Ayat (…) dan (8)
  3. Program Umum PSW Bab II (Matreri Pokok Program) pada III (Penyiaran dan Pembinaan)
  4. KEUNTUNGAN BAGI PENYIAR DAN PEMBINA
  5. Sebagaimana Firman Alloh I di atas (B,1) yang artinya “merekalah orang-orang yang beruntung”.
  6. Firman Alloh I :
وَمَنْ أ َحْسَنُ قَوْلاً مِّمَّن دَعَآ إِلَى اللهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقـَالَ إِنّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (فصلت : 33)
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Alloh, mengerjakan amal sholeh dan berkata “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri” (Q.S. Fush-shilat, 33)
  1. Sabda Nabi j :
مَنْ أَسْلَمَ عَلَى يـَدَيْهِ رَجُلٌ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّة ُ)رواه الطبراني عن عقبة بن عامر t (
“Barang siapa yang menjadi sebab masuk islamnya seseorang maka wajiblah baginya masuk surga” (H.R. AL Tabrony dari ‘ Uqbah bin Amir t )
“Barang siapa yang menjadi sebab masuk islamnya seseorang maka wajiblah baginya masuk surga” (H.R. Tabrany dari ‘ Uqbah Bin Amir t)
  1. Sabda Nabi j
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْر ٍ فَلَهُ مِثـْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ { رواه مسلم عن ابن مسعود t}
“Barang siapa menunjukan suatu kebaikan maka dia mendapat pahala seperti pahalanya orang yang melakukan kebaikan tersebut” ( H.R. Muslim dari Ibnu Mas’ud t)

KECAMAN BAGI YANG TIDAK MAU MENYIARKAN / MEMBINA

1.,Firman Alloh SWT

إِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ أَنـْزَلْنَا مِنَ الْبَيـِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِِ فِي الْكِتَابِ أُولَـئِكَ يَلْـعَنُهُمُ اللهُ وَيـَلْعَنُهُمُ اللاَّعِنـُوْنَ. ( 2-البقرة )
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan sesuatu yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Alloh dan dilaknati (pula) oleh semua (mahkluk) yang dapat melaknati” ( Q.S 2. AL-Barokah 159 ) 
  1. Sabda Nabi j yang sering didawuhkan Hadlrotul Mukarrom Muallif Sholawat Wahidiyah t :

لَيـْسَ مِـنَّا مَنْ لَمْ يـَهْـتَمَّ بِأ َمْرِالْمُسْلِـمِيْنَ ( أوْ كمَا قالَ j)

“Bukan dari golongan Kami orang yang tidak mau memperhatikan keadaan ummat Islam”.
Dalam suatu riwayat :

مَنْ لَّمْ يـَهْتَمَّ بـِأَمْر ِ الْمُسْلـِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ (رواه الطبراني عن خذيفة t)

“Barang siapa yang tidak mau memperhatikan ummat Islam, maka dia tidak termasuk golongan ummat Islam “ ( H.R At –Tabroni dari Khudzaifah tُ)

PENGERTIAN PENYIARAN DAN PEMBINAAN WAHIDIYAH

Penyiaran Wahidiyah


  1. Penyiaran Wahidiyah adalah penyampaian Sholawat Wahidiyah atau bagian dari padanya dan atau penyampaian Ajaran Wahidiyah atau bagian dari padanya kepada dan agar supaya diamalkan oleh orang lain dengan disertai keterangan / penjelasan secukupnya.
  2. Penyiaran Wahidiyah dilakukan menurut prinsip “tanpa pandang bulu” dan “ikhlas tanpa pamrih” denganbijaksana serta didukung dengan mujahadah.
Pembinaan Wahidiyah
  1. Pembinaan Wahidiyah adalah suatu upaya untuk memelihara kemurnian dan meningkatkan kualitas pengamalan Sholawat Wahidiyah, pemahaman, peng-hayatan serta penerapan Ajaran Wahidiyah di kalangan pengamal Wahidiyah serta penyiaran Wahidiyah sesuai dengan bimbingan Muallif Wahidiyah.
  1. Pembinaan Wahidiyah beruanglingkup internal (di kalangan atau antar pengamal Wahidiyah).
TUJUAN PENYIARAN DAN PEMBINAAN WAHIDIYAH :

  1. Agar supaya ummat masyarakat jami’al ‘alamin (seluruh dunia terutama dirinya sendiri, keluarga dan para pengamal Wahidiyah) kembali mengabdikan diri dan sadar kepada Alloh I dan Rosul-Nya j.
  2. Agar supaya akhlak-akhlak yang tidak baik dan merugikan (terutama dirinya sendiri, keluarga dan pengamal Wahidiyah) segera diganti oleh Alloh I dengan akhlak yang baik dan menguntungkan.
  3. Agar para pengamal Wahidiyah semakin meningkat dalam kualitas pengamalan, penghayatan Sholawat Wahidiyah, penerapan Ajaran Wahidiyah serta semakin meningkat dalam pelaksanaan tugas penyiaran dan pembinaan Wahidiyah.
  4. Seluruh pengamal Wahidiyah adalah penyiar dan pembina minimal membina dirinya sendiri dan keluarga (pengertian umum).
  5. Para pengamal Wahidiyah yang duduk dalam kepengurusan lembaga khidmah Perjuangan Wahidiyah (PSW) dari tingkat Pusat sampai tingkat Desa adalah Penyiar dan Pembina Wahidiyah (pengertian khusus).
Penyiaran ;
  1. Melaksanakan penyiaran Wahidiyah sebagaimana huruf D. di atas ;
  2. Memanfaatkan segala kesempatan atau mencari kesempatan untuk penyiaran;
  3. Menyediakan sarana penyiaran (Lembaran Sholawat Wahidiyah, Kartu Nida, Buku atau kaset-kaset Wahidiyah, dll);
  4. Melaksanakan mujahadah-mujahadah pendukung penyiaran;
Pembinaan :
  1. Mengadakan pembinaan kepada diri sendiri dalam mempraktekkan pengamalan Sholawat Wahidiyah dan penerapan Ajaran Wahidiyah sesuai dengan bimbingan Muallif Wahidiyah.
  2. Meningkatkan kualitas pelaksanaan mujahadah-mujahadah yang dibakukan (40 hari, Yaumiyah, Usbu’iyah, Syahriyah, Rubu’ussanah, Nisfussanah, Mujahadah Kubro Wahidiyah) dan mujahadah-mujahadah khusus yang telah dibimbingkan oleh Muallif Sholawat Wahidiyah.
  3. Melaksnakan pendalaman Wahidiyah (rutin bulanan, Up Grade, Penataran, dll). Misalnya minimal 1 kali dari 2 Nisfussanah (bagi DPW PSW), 1 kali dari 4 kali Rubu’us-sanah (bagi DPC PSW), dan 3 kali dari 12 kali Syahriyah (bagi PSW Kecamatan) disertai dengan “Pendalaman Wahidiyah”.
  4. Mengusahakan terwujudnya “Keluarga yang bernuansa kejiwaan Wahidiyah” bagi semua keluarga pengamal Wahidiyah;
  5. Menanamkan kesadaran berdana box kepada seluruh pengamal Wahidiyah
  6. Melaksanakan Mujahadah dan usaha-usaha lain yang menunjang keberhasilan penyiaran dan pembinaan
  1. MASYARAKAT / OBYEK PENYIARAN DAN PEMBINAAN
  2. Sesuai dengan Penyiaran Wahidiyah “tidak pandang bulu” maka ummat masyarakat jami’al ‘alamin, pria, wanita, tua, muda, dari aliran / golongan dan bangsa manapun tidak pandang bulu semuanya berhak menerima penyiaran Wahidiyah.
  3. Semua pengamal Wahidiyah berhak menerima pembinaan di segala bidang.
  4. METHODE PENYIARAN DAN PEMBINAAN WAHIDIYAH
  5. Penyiaran dan pembinaan Wahidiyah bisa dilakukan, antara lain :
    1. Melalui temu wicara perorangan; baik direncanakan atau tidak.
    2. Penyiaran dan pembinaan kepada khalayak / masyarakat umum.
    3. Memanfaatkan acara / Mujahadah-mujahadah yang telah dibakukan ; seperti Mujahadah Keluarga, Usbu’iyah, Syahriyah, dan sebagainya untuk pembinaan.
    4. Penyiaran dan pembinaan melalui surat menyurat.
    5. Penyiaran / pembinaan melalui mass media (surat kabar, majalah, radio, televisi, internet, perpustakaan umum) dan sebagainya.
    6. Penyiaran / pembinaan melalui jasa : misalnya jasa usaha, pengobatan / pendukunan dan sebagainya.
    7. 2. Methode penyiaran dan pembinaan sifatnya tidak tetap (bisa berubah) atau berbeda-beda sesuai dengan situasi, kondisi, waktu dan tempatnya. Untuk menentukan suatu methode dan agar para Pengamal Wahidiyah lebih menghayati dan mendalami dalam penerapan Ajaran Wahidiyah seorang penyiar / pembina hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  6. Kepada siapa penyiaran / pembinaan ditujukan ? ; Dalam hal ini harus mengetahui situasi dan kondisi obyek / sasaran penyiaran / pembinaan.
  7. Materi apa / mana yang harus disampaikan ? ; Harus mengusai materi-materi yang dibutuhkan.
  8. Bagaimana caranya agar tujuannya tercapai ? ; Harus menguasai methode.
  9. Dalam keadaan bagaimana penyiaran / pembinaan dilaksanakan ?; Harus mengetahui situasi obyek, waktu dan tempat penyiaran / pembinaan, sehingga pelaksanaannya merupakan proses interaksi yang berlangsung dalam ikatan situasional.
  10. e. Dalam acara pembinaan Wahidiyah supaya senantiasa mengarahkan dirinya sendiri dan para pengamal Wahidiyah untuk lebih mengenal, lebih dekat batiniyahnya dengan Hadlrotus Syekh Muallif Wahidiyah t; Di dalam kitab Taqriibul Ushul Litas-hiilil Wuhuul Fii Ma’-rifatir-Robbi War-Rosul j disebutkan :
قَـلْبُ الْعَـارِفِ حَـضْرَة ُاللهِ , وَحَوَآسُهُ أَبْوَابُهَا , فَمَنْ تَقَـرَّبَ إِلَيْهِ بِالْـقُرْبِ الْمُلآئِمِ لَـهُ فُـتِحَتْ لَـهُ أَبـْوَابُ الْحَـضْـرَة ِ. ( تقريب الأصول : 68)
“Hatinya seorang‘A’rif Billah itu merupakan Hadlrotulloh dan panca inderanya sebagai pintu-pintunya; maka barang siapa yang mendekat kepadanya dengan pendekatan yang layak dan sesuai, terbukalah pintu-pintu Hadlrotuloh baginya”. (Taqriibul Ushul 58).
  1. Dalam penyampaian dasar-dasar Wahidiyah khususnya dalam pembinaan supaya tidak meninggalkan atau lebih mengutamakan dasar-dasar yang sering disampaikan oleh Hadlrotul Mukarrom Muallif Sholawat Wahidiyah t atau dawuh-dawuh Beliau yang secara langsung. Dalam hal ini bisa dilihat dalam buku Kuliah Wahidiyah, Pengajian Al-Hikam Ahad pagi, kaset-kaset rekaman Kuliah Wahidiyah dan dawuh-dawuh yang diriwayatkan oleh orang-orang yang menerimanya dari Beliau, baik secara langsung maupun melalui orang lain; terkecuali situasi membutuhkan yang lain;
Sehubungan dengan hal tersebut sayogjanya di daerah-daerah (DPW, DPC, PSW Kecamatan, PSW Desa, Pesantren Wahidiyah) diadakan Pendalaman Wahidiyah secara rutin terutama bagi para Personil PSW-nya; sebagaimana yang dilaksanakan di Sekretariat DPP PSW setiap Ahad pagi akhir bulan Masehi dan beberapa DPW / DPC lainnya.
  1. Dalam penyampaian tentang Fadloilil a’mal (fadlilah-fadlilah amal) jangan berlebihan / supaya dibatasi dan harus digiring / diarahkan kepada penerapan Ajaran Wahidiyah; agar penerapan LILLAH-BILLAH dan seterusnya tidak tercampuri dengan pamrih-pamrih nafsu terhadap nilainya pahala.
Secara garis besar banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang methode penyiaran & pembinaan. Begitu pula dalam Sunnatur Rosul j dan bimbingan Hadlrotul Mukarrom Muallif Sholawat Wahidiyah t banyak contoh / teladan, tuntunan dan bimbingan sebagai penunjang keberhasilan penyiaran dan pembinaan.
ETIKA PENYIARAN DAN PEMBINAAN.
  1. Secara ijmal (global) dan sebagai pondamen penyiar dan pembina Wahidiyah harus berusaha senantiasa melaksanakan / menerapkan Ajaran Wahidiyah (LILLAH – BILLAH, LIRROSUL – BIRROSUL, LIL-GHOUST – BILGHOUST, YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH dengan prinsip TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA’ FAL ANFA’ )
  2. Secara tafsili (terperinci), penyiar dan pembina Wahidiyah harus berusaha biqodril-istitho’ (dengan segala kemampuan) mengikuti / meniru “uswah hasanah” (teladan yang baik) dari Rosululloh j, Salafus Sholihin dan bimbingan Hadlrotul Mukarrom Muallif Sholawat Wahidiyah رَضِىَ الله ُعَنْهُم. Antara lain :
  3. Konsisten dan konsekwen melaksanakan syariat / ajaran yang dibawanya serta menjadikan diri dan keluarganya sebagai teladan amaliah nyata.
  4. Menjauhi larangan-larangan / akhlaq yang tercela yang bertentangan dengan ajaran yang dibawanya. Baik yang berhubungan dengan agama maupun dengan sesama manusia;
  5. Berakhlaq mulia, berbudi luhur, dan lebih memperhatikan Yukti Kulla Dzii Haqqin Haqqoh di segala bidang.
  6. Tabah, tahan uji, ulet dan tawakkal ketika menghadapi ujian, gangguan, musibah dan sebagainya.
  7. Bersemangat dalam perjuangan yang didukung dengan himmah aliyah (cita-cita yang luhur), kemauan yang tinggi, jiwa keberanian (bukan pengecut), keuletan (tidak mudah patah/putus asa) sekalipun terbentur berbagai macam rintangan.
  8. Merasa bahwa diikutsertakan dirinya dalam perjuangan yang suci ini semata-mata karena belas kasihan Alloh Wa Rosulihi , Wa Ghoutsi Hadzaz zaman , Bukan karena kelebihan yang ada pada dirinya. Jangan sekali-kali merasa bahwa dirinya diperlukan dalam perjuangan ini; melain-kan harus merasa bahwa dirinyalah yang memerlukan diikutsertakan dalam perjuangan yang mulia ini;
  9. Bersedia menerima peringatan, nasihat, saran, pendapat orang lain dan rela meninggalkan /mengorbankan pendiriannya apabila kurang tepat, lebih-lebih tidak benar. Jangan begudul / ngotot (bersikap keras) menuruti kehendaknya sendiri, lebih-lebih sampai patah hati (mutung).
Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. (terjemah Al-Quran Depag RI)
Artikel Selanjutnya Artikel Sebelumnya
Belum Ada Komentar :
Tambahkan Komentar
Comment url
Post Terkait :
Wahidiyah